Kremlin merendahkan kemungkinan pertemuan segera antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Sementara itu, Donald Trump kembali mendorong kedua pemimpin untuk berunding guna mengakhiri perang di Ukraina.
Trump mengakui konflik ini "sulit" diselesaikan dan menyatakan kemungkinan Putin tidak tertarik menghentikan permusuhan. "Kami akan mengetahui sikap Presiden Putin dalam beberapa minggu ke depan," ujarnya. "Mungkin saja dia tidak ingin membuat kesepakatan."
Meski awalnya mendukung pertemuan tiga pihak, Trump kini menyarankan agar Putin dan Zelensky bertemu terlebih dahulu tanpa kehadirannya. Dia bersedia hadir "jika diperlukan," tapi ingin melihat perkembangan lebih dulu.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengaburkan komitmen Putin untuk dialog langsung dengan Ukraina. Menurutnya, pertemuan perlu dipersiapkan "bertahap," dimulai dari tingkat ahli sebelum naik ke level yang lebih tinggi.
Di sisi lain, serangan Rusia terus berlanjut. Pejabat Ukraina melaporkan serangan terhadap stasiun distribusi gas di Odesa dan kota di wilayah Sumy yang menewaskan 14 orang, termasuk tiga anak-anak.
Pertemuan virtual para pimpinan militer NATO direncanakan, sementara kepala militer Inggris, Laksamana Tony Radakin, akan berkunjung ke Washington untuk membahas pengiriman pasukan ke Ukraina.
Trump menyatakan AS siap mendukung Eropa "secara udara" jika negara-negara Eropa mengirim pasukan darat ke Ukraina, meski dia menolak mengerahkan tentara AS. Namun, dia tidak merinci bentuk dukungan udara tersebut.
Sementara itu, upaya perdamaian tampaknya masih menghadapi jalan terjal. Putin menganggap Zelensky tidak sah dan menuduh rezimnya sebagai "neo-Nazi." Media Rusia juga terus merendahkan Zelensky dengan menyebutnya "badut."
Negosiasi belakangan ini memperlihatkan Trump mulai memahami kompleksitas perang dan jurang perbedaan antara tuntutan Moskow dan posisi Kyiv. Meski gencar menyatakan bisa memaksa Putin setuju gencatan senjata, hal itu belum terwujud.
Zelensky dan para pemimpin Eropa berhasil meyakinkan Trump bahwa jaminan keamanan bagi Ukraina sangat penting dalam kesepakatan perdamaian. Namun, Eropa tampak lebih skeptis dibanding Trump mengenai kemungkinan resolusi konflik ini.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut Putin sebagai "predator" dan meragukan niatnya untuk berdamai. Sementara itu, Presiden Finlandia Alexander Stubb menilai Putin "jarang bisa dipercaya."
Rencana pertemuan tingkat tinggi masih berlanjut di tengah pertanyaan tentang sejauh mana dukungan Trump bagi Eropa dalam konflik ini.

0 Komentar