Di tengah semarak perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia, Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Menteng, Jakarta Pusat, menjadi saksi pameran karya Henk Ngantung—seniman legendaris sekaligus mantan Gubernur DKI Jakarta (1964-1969). Pameran ini tidak hanya menampilkan keindahan seni, tetapi juga mengungkap peran Henk dalam merekam momen historis bangsa.
Koleksi yang dipamerkan meliputi sketsa dan lukisan asli maupun reproduksi, beberapa di antaranya menggambarkan tokoh-tokoh penting seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir selama perundingan Linggarjati, Renville, dan Kaliurang. Menteri Kebudayaan Fadli Zon, yang membuka pameran, menekankan bahwa karya Henk bukan sekadar seni, melainkan dokumen visual yang menangkap ekspresi dan dinamika politik saat itu.
Geni Ngantung, putri Henk Ngantung, berbagi kisah menarik di balik lukisan "Pemanah". Karya ini sempat belum selesai ketika dipamerkan, tetapi justru disempurnakan berkat intervensi Presiden Sukarno, yang spontan menjadi model untuk menyelesaikan detail lukisan tersebut. Karya itu kemudian menjadi saksi bisu pembacaan proklamasi kemerdekaan.
Henk Ngantung dikenal sebagai sosok yang teliti dalam mendokumentasikan karyanya. Sebelum menyerahkan lukisan atau sketsa kepada museum atau kolektor, ia selalu membuat arsip reproduksi sebagai dokumentasi pribadi. Selain itu, sebagai gubernur, Henk berperan besar dalam menata Jakarta melalui seni, termasuk mendirikan monumen ikonik seperti Monumen Selamat Datang dan menghiasi jalan protokol dengan dekorasi floral untuk menyambut tamu negara.
Pameran ini menjadi ajang refleksi atas kontribusi Henk Ngantung—baik sebagai seniman maupun pemimpin—yang mewarnai sejarah Indonesia melalui goresan kreatifnya. Bagi pengunjung, ini adalah kesempatan langka untuk menyelami jejak seni yang tak terpisahkan dari perjalanan kemerdekaan bangsa.

0 Komentar