Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Wonsan Kalma: My trip to North Korea’s 'Benidorm' - flanked by guards

Seorang pekerja sumber daya manusia Rusia, Anastasia Samsonova (33), berbagi pengalamannya berlibur di resor Wonsan Kalma di Korea Utara. Pengalamannya ini unik, bukan hanya karena lokasi yang eksotis, tetapi juga karena pengawasan ketat yang menyertainya.

Wonsan Kalma, yang dijuluki "Benidorm"-nya Korea Utara, dibuka pada 1 Juli 2025 dan terletak di kawasan eksklusif di pantai timur, tempat pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menghabiskan sebagian masa mudanya. Resor ini dilengkapi hotel, restoran, pusat perbelanjaan, dan taman air, meskipun sejauh ini hanya turis Rusia yang diizinkan masuk dalam kelompok dan melalui agen perjalanan terakreditasi.

Anastasia, bersama 14 turis lainnya, merasakan pengawasan ketat selama kunjungannya. Mereka selalu ditemani pemandu dan penjaga keamanan, dengan rencana perjalanan yang kaku. Penjaga keamanan, menurut pemandu, bertujuan mencegah interaksi dengan penduduk setempat agar tidak menimbulkan kejutan. Anastasia mengamati bahwa warga Korea Utara memandang mereka dengan terkejut, mencerminkan isolasi negara tersebut dari dunia luar. Kelompoknya juga dilarang memotret lokasi konstruksi dan diharapkan untuk tidak mengenakan pakaian yang terlalu terbuka.

Meskipun begitu, Anastasia menikmati liburan di pantai yang bersih dan hampir sepi. Pantai yang terawat sempurna dengan pasir putih dan fasilitas yang baru membuat pengalamannya menyenangkan. Namun, harga yang harus dibayar cukup mahal: perjalanan seminggu dari Rusia ke Wonsan Kalma, termasuk tiga hari di resor, menghabiskan biaya $1.800 (£1.300), sekitar 60% dari gaji bulanan rata-rata di Rusia.

Meskipun dipromosikan sebagai destinasi wisata, Wonsan Kalma dibayangi kontroversi. Kelompok hak asasi manusia mengkritik perlakuan keras terhadap para pekerja yang terlibat dalam pembangunan resor, termasuk dugaan kerja paksa, kondisi kerja yang keras, jam kerja yang panjang, dan penggusuran penduduk setempat. Kendati demikian, minat terhadap Wonsan Kalma masih tinggi, meskipun ada ketidakpastian mengenai kapan turis Rusia berikutnya akan diizinkan masuk. Akses yang terbatas ini, menurut seorang pakar hubungan Korea Utara-Rusia, Andrei Lankov, adalah upaya Pyongyang untuk membatasi perbandingan antara kehidupan warga Korea Utara dengan turis asing yang lebih kaya.

Meskipun menghadapi berbagai kendala dan pembatasan, Anastasia berharap bisa kembali lagi tahun depan, bahkan berencana mengunjungi resor ski yang terletak di dekatnya. Kisah Anastasia dan pengalaman turis Rusia lainnya di Wonsan Kalma menunjukkan upaya Korea Utara untuk mengembangkan sektor pariwisatanya, sekaligus menyoroti kompleksitas dan kontroversi yang terkait dengannya.

Posting Komentar

0 Komentar