Hot Posts

6/recent/ticker-posts

How Russia is trying to win over the world beyond the West

Suatu pagi di Chili, Javier Gallardo yang biasa menonton program musik klasik terkejut ketika saluran TV-nya tiba-tiba menayangkan laporan perang. Logo "RT" di pojok layar membawanya pada penemuan bahwa saluran itu adalah milik Rusia. Kasus ini mencerminkan upaya ekspansi media negara Rusia, RT dan Sputnik, yang semakin gencar menyasar wilayah di luar Barat—termasuk Afrika, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Amerika Latin.

Ekspansi ini terjadi bersamaan dengan larangan terhadap RT di AS, Inggris, Kanada, dan Uni Eropa karena dituding menyebar disinformasi terkait perang Ukraina. Pada 2024, AS bahkan menjatuhkan sanksi pada sejumlah petinggi RT, termasuk pemimpin redaksinya, Margarita Simonyan. Namun, di tempat lain, jaringan Rusia ini justru berkembang pesat dengan membuka biro di Aljazair, layanan TV berbahasa Serbia, serta pelatihan jurnalistik untuk Afrika dan Asia.

### Sasaran Wilayah Non-Barat

Menurut para ahli, Rusia memanfaatkan sentimen anti-Barat di berbagai negara. "Mereka menyajikan konten yang disesuaikan dengan audiens lokal, bahkan jika harus mengubah narasi ideologi di tiap wilayah," kata Stephen Hutchings, profesor Studi Rusia di Universitas Manchester. Misalnya, RT bisa dianggap sebagai "media propaganda" di Barat, tapi dipandang sebagai sumber berita sah di tempat lain.

Di Afrika, Rusia menguatkan pengaruh melalui Sputnik dengan siaran dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Amharic. RT juga mengalihkan dana dari proyek-proyek Eropa dan AS ke benua itu. Menurut Dr. Rhys Crilley dari Universitas Glasgow, langkah ini bertujuan melemahkan pengaruh Barat, mendapatkan dukungan politik, dan menjalin hubungan ekonomi.

### Metode Penyampaian Narasi

RT dan Sputnik sering mengaburkan fakta dengan teknik yang halus. Misalnya, mereka menyebut aneksasi Krimea sebagai "reunifikasi" dan menyangkal keterlibatan Rusia dalam penembakan MH17. Namun, penonton seperti Javier di Chili atau jurnalis Afrika yang mengikuti pelatihan RT mengaku bisa membedakan bias tersebut—meski tak selalu menyadari sejauh mana manipulasinya.

Di Timur Tengah, RT Arab dan Sputnik Arab menggarap narasi pro-Palestina, sementara di Amerika Latin, siaran gratis dalam bahasa Spanyol menjadi faktor penarik. Meski dilarang di YouTube, konten RT masih beredar lewat unggahan warga seperti Aníbal Baigorria di Argentina.

### Tantangan Mengukur Dampak

Meski RT mengklaim menjangkau 900 juta penonton TV dan 23 miliar penayangan online pada 2024, ahli komunikasi seperti Dr. Rasmus Kleis Nielsen meragukan angka tersebut. "Ketersediaan siaran tidak sama dengan jumlah penonton," ujarnya. Namun, Dr. Precious Chatterje-Doody mencatat bahwa pengaruh Rusia terlihat di Sahel Afrika, di mana intervensi militernya kurang mendapat tentangan publik.

Narasi Rusia tentang "ancaman NATO" juga masih dipercaya sebagian masyarakat Global South, termasuk di Amerika Latin. "Argumen itu banyak diterima di kalangan akademisi Meksiko," tutur Dr. Armando Chaguaceda, peneliti asal Kuba-Meksiko. Meski sulit diukur, upaya Rusia ini menunjukkan pergeseran kekuatan media dalam tatanan dunia yang terus berubah.

Posting Komentar

0 Komentar