Dua tukang becak motor (bentor) di Medan, Ihsan (64) dan Risman (65), berjibaku di tengah terik matahari dan persaingan transportasi online demi membiayai pendidikan anak-anak mereka. Meskipun penghasilan mereka tak menentu dan tergerus oleh popularitas ojek online, semangat mereka tak pernah padam.
Ihsan, yang memulai hari sejak pukul 09.00 WIB dari Patumbak menuju Medan Mall, mengungkapkan pendapatannya yang tak menentu, rata-rata hanya sekitar Rp 70.000 per hari. Kondisi bentornya yang sudah usang dan semakin sepinya penumpang akibat persaingan dengan transportasi online menambah berat perjuangannya. "Sepi, kalau dipukul ratanya Rp 70.000 per hari, kadang dapat kadang nggak," tuturnya. Namun, ia tetap bersyukur asalkan kebutuhan makan anak dan istrinya terpenuhi.
Sementara itu, Risman yang telah menggeluti profesi ini selama 40 tahun, memulai harinya sebelum matahari terbit. Pendapatannya pun tak menentu, berkisar antara Rp 25.000 hingga Rp 100.000 per hari tergantung ramainya penumpang. Meskipun penghasilannya terbatas, Risman mampu menyekolahkan keempat anaknya, bahkan anak bungsunya kini tengah menempuh pendidikan kuliah. Ia mengakui bahwa persaingan dengan transportasi online cukup menantang, terutama karena banyaknya penumpang yang memilih kemudahan aplikasi online. Namun, ia tetap optimis, "Kalau sekarang udah ada online-online jadinya (pelanggan) ibu-ibu yang nggak bisa aplikasi. Anak-anak muda mungkin udah gengsi naik becak. Mau kerja apalagi sudah tua," katanya sambil tertawa.
Kisah Ihsan dan Risman menjadi bukti nyata kegigihan dan pengorbanan orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Di tengah tantangan ekonomi dan persaingan yang ketat, mereka tetap berjuang demi masa depan keluarga, mengayuh bentornya di jalanan Medan yang berdebu, membawa harapan dan asa yang tak pernah padam.

0 Komentar