Seberapa pesat kemajuan suatu negara sangat bergantung pada kualitas gurunya. Riset selama dua dekade menunjukkan bahwa kebijakan pendidikan, anggaran, dan kurikulum yang baik tidak akan efektif tanpa implementasi dalam pembelajaran berkualitas, dan kompetensi guru menjadi penentu utamanya. Laporan McKinsey menegaskan, kualitas sistem pendidikan tidak akan melampaui kualitas gurunya.
Kualitas guru sangat penting karena pengajaran dan instruktur berkualitas adalah faktor paling berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (OECD). Guru juga merupakan agen perubahan, membentuk karakter, keterampilan, dan daya saing generasi mendatang. Investasi pada peningkatan kualitas guru memberikan dampak berlipat ganda terhadap pembangunan manusia dibandingkan anggaran pendidikan lainnya (UNESCO). Peningkatan keterampilan dasar penduduk juga berkontribusi pada pertumbuhan PDB jangka panjang.
Pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah, seperti mewajibkan sertifikasi guru sejak 2025, meningkatkan tunjangan sertifikasi, memberikan fleksibilitas mengajar bagi guru PPPK di sekolah swasta, dan menyediakan pelatihan berkelanjutan bagi guru vokasi. Namun, tantangan masih besar. Evaluasi terhadap realisasi kebijakan, proporsionalitas anggaran untuk tenaga pendidik, dan rendahnya gaji guru honorer (bahkan hingga Rp 250.000 per bulan) menjadi perhatian serius. Ketidakstabilan kurikulum juga menghambat adaptasi guru.
Bandingkan dengan negara tetangga: Singapura menempatkan profesi guru sangat prestisius, dengan seleksi ketat dan pelatihan berkelanjutan. Malaysia fokus pada peningkatan tunjangan dan digitalisasi pengembangan profesional. Thailand, mirip Indonesia, masih berjuang mengatasi kesenjangan, terutama di daerah terpencil. Indonesia, meskipun telah meningkatkan tunjangan guru ASN, masih tertinggal dalam hal kesejahteraan dan kualitas guru dibandingkan negara-negara tersebut, khususnya bagi jutaan guru honorer dan nonformal.
Investasi pada kualitas guru merupakan strategi pembangunan, bukan hanya kebijakan sektor pendidikan. Seleksi yang ketat, pelatihan berkelanjutan, mentoring, karier yang jelas, dan apresiasi sosial yang tepat akan meningkatkan hasil belajar dan memberikan manfaat ekonomi yang besar. Meskipun pemerintah telah menunjukkan komitmen melalui berbagai kebijakan, pertanyaan besar tetap muncul: apakah komitmen tersebut sudah cukup? Apakah investasi pada teknologi dan infrastruktur sebanding dengan investasi pada peningkatan kualitas guru? Alokasi anggaran pendidikan tahun 2026 yang lebih besar untuk program MBG (44%) dibandingkan alokasi untuk tenaga pendidik menimbulkan pertanyaan tentang prioritas pembangunan manusia. Perhatian serius terhadap kesejahteraan dan kualitas guru tetap menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia.

0 Komentar