Pemerintah Inggris mengumumkan pembubaran UK Space Agency (UKSA) sebagai entitas independen pada bulan Agustus 2025. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk memangkas biaya birokrasi dan meningkatkan efisiensi. Mulai April 2026, UKSA akan bergabung dengan Departemen Sains, Inovasi, dan Teknologi (DSIT).
Pemerintah berdalih bahwa penggabungan ini akan menghemat anggaran, mengurangi duplikasi tugas, dan memastikan pengawasan menteri yang lebih efektif. Namun, keputusan ini menuai kritik dari kalangan ilmuwan. Dr. Simeon Barber dari Open University misalnya, khawatir langkah ini akan mengganggu sektor antariksa Inggris dalam jangka pendek dan menyebabkan negara tersebut kehilangan daya saing di kancah internasional dalam jangka panjang. Ia menilai pembubaran UKSA sebagai langkah mundur, mengingat negara-negara lain justru semakin menekankan pentingnya badan antariksa nasional.
UKSA, yang didirikan pada tahun 2010, telah memainkan peran penting dalam perkembangan sektor antariksa Inggris. Badan ini berperan dalam merumuskan strategi antariksa nasional, mengkoordinasikan riset dan kegiatan komersial, serta menjalin kerjasama internasional. Selama keberadaannya, UKSA turut memfasilitasi peluncuran astronot Inggris, Tim Peake, ke Stasiun Antariksa Internasional, dan pengembangan kemampuan peluncuran satelit kecil dari Skotlandia. Sektor antariksa Inggris sendiri berkontribusi sekitar £18,6 miliar per tahun dan mempekerjakan 55.000 orang.
Menteri Antariksa, Sir Chris Bryant, menyatakan bahwa penggabungan ini akan meningkatkan integrasi dan fokus, sekaligus mempertahankan keahlian ilmiah dan ambisi sektor antariksa. UKSA akan menjadi unit di dalam DSIT, dengan staf yang berasal dari kedua organisasi dan nama UKSA akan tetap dipertahankan. Namun, kekhawatiran tetap muncul mengenai potensi hilangnya pendekatan proaktif UKSA yang selama ini terbukti sukses, dan bergesernya cara kerja ke sistem yang lebih birokratis dan kurang termotivasi, sesuatu yang menjadi alasan utama pendirian UKSA di awal.
0 Komentar